Pernakah pacarmu memberikan kado ulang tahun berupa buku TTS yang sudah di isi ?, atau mungkin kamu mengenal seorang remaja yang suka berkelahi tapi jago membuat puisi. Itulah segelintir keunikan dari karakter tokoh Dilan. Yang lebih menarik dalam kisah ini adalah setting waktu di era tahun 90an. Gaya klasik semacam mengirim surat dan ngobrol lewat telepon rumah masih sangat kental dalam cerita ini.
Novel teenlit ini menggunakan sudut pandang orang pertama. Dibuka dengan perkenalan dari seorang wanita yang bernama Milea Adnan Hussain, biasa dipanggil Lia. Dimana dia sebagai pencerita, yang mencoba flashback mengenang kisah cinta remaja saat berseragam putih abu-abu. Pertama kali Milea berjumpa dengan Dilan adalah saat dia sedang berjalan menuju sekolah. Tapi dia belum tahu nama dan latar belakang Dilan.
Milea baru mengetahui siapa itu Dilan saat selesai upacara. Dilan dan 2 temannya dianggap komunis oleh guru karena tidak mengikuti upacara. Dan untuk Lia sendiri itu menjadi kesan yang buruk dan mengecap Dilan sebagai anak nakal. Ketika Dilan berusaha mendekati Milea dengan gaya humornya, dia tetap masih cuek nan dingin dalam menanggapinya. Mulai dari melontarkan kata rayuan sampai ikut pelajaran di kelasnya Milea meskipun beda kelas. Setiap tindakan yang dibuat Dilan sebenarnya membuat Milea terkesan, tapi dia tetap masih menutup diri. Ya, karena tentu saja masih menganggap Dilan anak nakal, selain itu status Milea sudah memiliki pacar bernama Beni.
Seiring berjalan waktu dan sikap kekonyolan Dilan makin membuat Milea terkesan. Di luar Milea tampak bersikap wajar terkesan jaga jarak dan acuh. Tapi dalam hati, dia merasa senang dengan cara Dilan memperlakukannya. Spontan dan tentu saja unik, berbeda dari yang umumnya dilakukan oleh remaja lain. Kejadian di Jakarta saat Milea dimaki-maki oleh Beni membuat dirinya terpukul. Saat itulah dia merasa membutuhkan sosok Dilan. Karena Dilan pernah berkata padanya :
“Jangan pernah bilang ke aku ada yang menyakitimu, Milea. Nanti, orang itu akan hilang!”
Ketika Milea sakit dan sudah tidak masuk sekolah selama 3 hari. Banyak dari teman sekolahnya datang menjenguk. Tapi tidak untuk Dilan. Dia selalu mempunyai cara yang unik untuk menyembuhkan sakit Milea. Jika orang sakit identik dengan dokter, maka Dilan malah mengirim Bi Asih untuk memijitnya.
Kisah antara Milea dan Dilan dibumbui dengan tokoh Beni, Susiana dan Kang Adi. Beni yang mencoba rujuk kembali dengan Milea, tetapi pada akhirnya tetap putus. Karena sikap Beni yang kasar dan tidak memperlakukan Milea sebagai seorang wanita yang harusnya dijaga, meskipun hanya lewat ucapan. Dan Susi yang naksir ke Dilan, tapi tak digubrisnya. Malah Dilan ngumpet dilemari saat Susi main kerumah. Sedangkan Kang Adi yang bersikap dewasa, tapi diam-diam tertarik pada Milea. Mencoba modusin Milea dengan gaya sok bijaknya.
Selain itu ada karakter tokoh Piyan dan Wati. Piyan ini bisa dikatakan sebagai sahabat baiknya Dilan. Dimanapun kapanpun selalu berusaha untuk me-support Dilan. Ketika orang lain akan menganggap Dilan sebagai anak nakal, Piyan berusaha tetap menunjukkan sisi positif dari Dilan tertutama pada Milea. Piyan ini kebetulan juga pacaran dengan Wati, saudara Dilan yang juga teman dekat Milea. Cerita mereka berdua tentang Dilan membuat Milea selalu tertarik. Lalu ada pula Bunda dari Dilan dan Mamahnya Milea. Mereka ini tergolong sebagai ibu-ibu yang keren. Sikap dan pembawaan mereka menonjolkan kehangatan dari sebuah keluarga.
Kisah ini lebih menonjolkan tentang perjuangan Dilan dalam meraih simpati Milea, tentu saja dengan cara yang unik. Banyak kekonyolan remaja dan mindset anak SMA yang tergali apik dalam cerita ini. Kata gombalan Dilan pun terdengar renyah, seperti :
“Dan jangan rindu”
“Kenapa?” tanya Milea
“Berat. Kau gak akan kuat. Biar aku saja”
Jadi, mampukah Dilan mendapatkan hati Milea?. Begaimana sikap Milea harus berhadapan dengan panglima tempur geng motor?.
Kelebihan Novel :
Cerita ini menarik dibaca untuk anak usia remaja. Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari cerita ini. Cara Dilan yang unik nan kreatif dalam memperlakukan Milea menjadi poin plus untuk novel ini. Cerita yang mengalir dan tetap masuk akal, serta gaya bahasa ala Sutan Takdir Alisyahbana yang mungkin di idolakan Pidi Baiq membuat novel menambahkan kesan positif.
Kekurangan Novel :
Percakapan terlalu banyak menggunakan kata “hahaha” dan “hehehe”. Mungkin untuk menegaskan obrolan Dilan yang konyol penuh humor. Tapi hal tersebut cukup menggangu jika terlalu banyak.
Download Novelnya Dibawah ini :
Dilan - Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 (DOWNLOAD)
0 komentar